Motherhood Diary #2 : Helping kids identify and express their feelings

Postingan ini sudah hampir 1 tahun ada di draft blog, mumpung lagi ada mood nya, mari kita post saja :) Sejak anak-anak sudah bisa berbicara...


Postingan ini sudah hampir 1 tahun ada di draft blog, mumpung lagi ada mood nya, mari kita post saja :)


Sejak anak-anak sudah bisa berbicara, saya udah ngajarin mereka untuk jangan sungkan mengungkapkan apa yang mereka rasakan bila itu menyangkut kebaikan diri sendiri. Karna menurutku hal ini penting sekali untuk hidup mereka kedepannya, selain menghargai orang lain, kita juga harus menghargai diri sendiri. Agar mereka ga merasa terpaksa melakukan hal yang mereka ga suka hanya karna ga mampu berkata "tidak".


Buatku pribadi, penting sekali untuk anak-anak belajar mengidentifikasi dan memahami perasaan diri sendiri. Toh teori ini sudah diberikan kepada mereka lewat buku-buku Rabbithole sejak mereka masih bayi. Selain itu, hal ini saya maksudkan agar mereka memegang prinsip sedari kecil. Tidak untuk hal salah, dan iya untuk hal yang semestinya.



“kalo kakak / adek gak suka, bilang yaa.. tapi tetep ngomongnya harus sopan biar orang gak tersinggung.. dan bila kalian salah, jangan segan meminta maaf tanpa harus diminta”


Alhamdulillah, saat ini setiap mereka menemukan hal yang gak mereka suka (dalam hal ini perlu di tekankan, hal yang tidak disuka ini seperti di cium, dibecandain, dan bukan hal yang berkaitan demi kebaikan mereka), maka mereka ga akan segan bilang misalnya “uwak, jangan ya.. kakak / adik ga suka.. no.. no..no”.


Ketegasan ini membuat lawan bicara mereka juga jadi bisa belajar menghormati mereka, ga peduli seberapa jauh rentang usianya. Sering kali saya dapet laporan "anakmu udah kaya orang dewasa aja, ngomongnya tegas sekali". Jujur saya bersyukur sih setiap dapat laporan begini :)


Begitu juga dengan mengekspresikan hal yang mereka suka, anak-anak selalu saya ajarkan untuk pandai bersyukur, tidak segan mengucapkan terima kasih dan memuji usaha orang lain. Contohnya :


"adik suka makanan ini, terima kasih Nenda.. Masakan nenda enak sekali"

"Alhamdulillah.. es krimnya enak bu.." 

Tentu saja, hal ini harus dicontohkan, karna seperti yang kita tau "Children see Children do". 


begitupun juga dalam mengekspresikan kasih sayang. ketika banyak orang tua gengsi mengekspresikan rasa sayang, saya malah bisa bilang “ibu sayang kakak / ibu sayang adik ya Nak..” lebih dari 10x dalam sehari. 


Saya, yang hidup dalam jiwa yang “gak enakan”, pernah ada kalanya setengah mati untuk bilang enggak. bukan karena ga berani, tapi ya karna ga enak nolak. padahal ternyata nolak ini adalah satu bentuk menghargai diri sendiri. 


Tentu saja, ketika saya mengajarkan mereka menolak sesuatu, saya harus siap untuk memberikan respon dan menghargai setiap penolakan yang mereka kemukakan. Setiap kali itu terjadi atau saat anak-anak merasa tidak nyaman sehingga menolak sesuatu hal yang ditawarkan, saya selalu berusaha mengajak mereka bicara selayaknya orang dewasa. Saya dengarkan dan tanggapi sebagaimana saya ingin ucapan saya dihargai dan didengarkan. 


Saya mau jadi orang yang selalu mendengarkan apa yang mereka rasakan tetapi tetap tegas menolak ketika mereka mengambil arah yang salah. Kedepannya, pasti saya dan suami harus berusaha cukup keras untuk memahami pola pikir anak-anak kami. Saya dan suami adalah generasi Y, sedangkan anak-anak adalah generasi Alpha. Pasti akan ada jarak antara pola pikir dari dua generasi yang berbeda. Tapi seperti yang selalu saya  bilang pada suami, kalo saya bertekad  untuk jadi orang yang selalu bisa dipercaya oleh kedua anak saya, sehingga mereka ga sungkan cerita apapun tentang masalah yang mereka hadapi. Tentu saja agar mereka selalu ingat, ntah seberapa getir dan beratnya kehidupan orang dewasa, akan selalu ada telinga ibu yang mendengar dan tangan ibu yang mengadah kelangit memohonkan kemudahan atas segala urusan mereka.


Semoga kiranya kelak mereka ga mencari perhatian dari orang lain hanya untuk sekedar di dengar. Karna hati mereka sudah dipenuhi cinta dari ibu dan ayah, dan selalu ada telinga kami untuk mendengar. 


Love,

Ibunya Umar dan Maryam



You Might Also Like

0 komentar