Motherhood Diary #1 : Flu Singapura

Beberapa teman cerita kalo anaknya terjangkit virus singapura, Alhamdulillah ada yang sudah sembuh dan ada juga yang sedang dalam tahap peny...



Beberapa teman cerita kalo anaknya terjangkit virus singapura, Alhamdulillah ada yang sudah sembuh dan ada juga yang sedang dalam tahap penyembuhan. Kali ini saya mau berbagi sedikit cerita tentang pengalaman kedua anak saya yang terjangkit virus singapura di bulan April lalu. Karena sejujurnya, Saya dan suami termasuk ketat dalam urusan anak, saya ga pernah sekalipun mengizinkan anak beraktifitas diluar rumah tanpa masker walaupun hanya sebatas jalan pagi di dalam lingkungan perumahan kami yang relatif sepi . Anak-anak juga seperti sudah ter-brainwash kalo "ga boleh keluar rumah tanpa masker, diluar banyak virus". Tapi ternyata masih terjangkit flu singapura juga.

Beberapa bulan terakhir, kami mulai kembali memberanikan diri membawa anak-anak ke taman bermain. Mungkin sekitar 2 kali dalam kurun 6 bulan terakhir, ga bisa dibilang sering malah bisa dibilang amat sangat jarang. Selain menggunakan masker medis anak, kami juga memastikan waktu kunjungan tidak terlalu padat pengunjung, maka dipilihlah saat pagi sekali ketika mall baru buka  karena biasanya di jam segitu pengunjung khususnya anak-anak tidak terlalu ramai. 

Saya pribadi memang selalu mementingkan aktifitas fisik untuk anak-anak, bermain, lompat-lompat, bersepeda, dan segala hal yang membuat mereka berkeringat. Ada kalanya mereka merasa bosan hanya beraktifitas di rumah, dan demi membahagiakan anak, maka diboyonglah mereka ke taman bermain favorit yang lokasinya disamping restauran sushi yang juga favorite mereka, setelah cape lompat-lompat, harapannya bisa makan banyak dan tidur siang jadi nyenyak. 

Seneng iya, makannya juga jadi lahap, diperjalanan pulang kerumah pada kecapean dan ketiduran. Pulang-pulang udah seger terus mandi lagi walaupun sebelum keluar rumah udah mandi pagi. 

Tiba-tiba, malamnya si kakak panas tinggi. Dikasih susu ga mau, dikasih makan juga nangis. Menyusul si adik yang juga akhirnya panas tinggi dan ga mau masuk apapun kemulutnya. Saya jujur was-was karena anak kedua saya ini termasuk ga pernah nolak dikasih makanan, apa aja dikunyah sama dia. Ga butuh waktu lama langsung booked appointment sama dokter Irwan di Siloam Sriwijaya via aplikasi my Siloam (jujur aplikasi ini membantu banget sih). FYI, dokter Irwan ini dokter anak-anakku dari masih bayi. Sempet berobat ke dokter lain tapi paling enak konsul sama dokter Irwan karna selain dokternya pinter (ya semua dokter pinter lah..), tapi juga beliau ga sungkan menjelaskan panjang lebar dan menenangkan hati orang tua gampang galau sepertiku. 

Sebelum dibawa ke Siloam, anak-anak sudah dikasih penurun panas, tapi panasnya ga turun sampai kondisi tubuh normal, masih anget-anget gitu. Kebetulan si kakak ga ada tanda apapun selain ga nafsu makan. Nah si adik ada tanda kemerahan seperti bekas garukkan, ga banyak sih, cuma 1 titik di punggung tangan. awalnya dokter Irwan udah curiga , tapi karna dengar aku dan suami bilang si adik ini suka jahil tangannya kalo ada gigitan nyamuk, maka dokter irwan bilang "kalo panasnya ga turun dan bintik merahnya semakin jadi, anaknya dibawa lagi kemari ya bu". 

seingetku saat itu, anak-anak emang blm bisa dites darah karna demam belum 24 jam. Jadi kami di resepin beberapa obat termasuk penurun panas dan vitamin .

Pulang kerumah, sore, malem, pagi lagi.. 

Badan mereka belum kembali ke temperatur normal, nafsu makan belum juga membaik, lalu di kulit si adik muncullah bintik-bintik merah seperti jerawat yang ga menimbulkan rasa gatal (terlihat dari anaknya yang ga pernah terlihat garuk-garuk daerah yang berbintik). Sedangkan pada kulit kakak, bintik-bintik ini tidak timbul sama sekali.

si ibu panik, lalu mulai searching tanda-tanda yang ada sebenernya menjurus ke penyakit apa. Jangan tanya paniknya kaya apa, si ibu overthingking pikirannya udah kemana-mana -_____-

Berdasarkan tanda-tanda yang ada, 
bintik-bintik merah, sariawan dateng keroyokan, panas yang ga kunjung turun walau diberikan paracetamol, ini sepertinya beneran FLU SINGAPURA.

Ga butuh waktu lama langsung telpon ayahnya yang lagi ngantor, ayah langsung buru-buru pulang dan kita kembali ke Dokter Irwan.

dan benar aja, dokter Irwan bilang ini flu singapura. 

Setelah berkonsultasi dengan dokter Irwan, saya bisa menyimpulkan bahwa flu singapura ga menular hanya karena bersentuhan langsung dengan anak yang terpapar. Tapi juga bisa jadi karena kontak dengan benda yang disentuh oleh anak yang terkena virus ini sebelumnya. terbukti dari saat main ke taman bermain, kondisinya saat itu benar-benar sepi, anak yang bermain pun bisa dihitung dengan jari dan kami pastikan tidak dalam kondisi berdekatan, tapi anakku tetap terpapar. Tapi biar bagaimanapun, segala penyakit hadir ditubuh kita atas izin Allah, Allah yang memberi penyakit maka Allah pula yang menyembuhkan. 

Kami diberikan obat baru Oleh dokter Irwan, termasuk diresepin anti virus yang harus habis dimakan dalam beberapa hari. 

Besoknya, Alhamdulillah banget sariawan anakku mulai kering, nafsu makan mulai kembali dan bintik-bintik dikulit juga mulai kempes dan kering. Walaupun flu singapura ini biasanya akan sembuh sendiri dalam kurun waktu sekitar 2 minggu, tapi menurutku penting banget buat buibu harus tetap waspada kalo melihat tanda-tanda ga biasa pada tubuh anak, terlebih lagi kalo suhu tubuh naik dan nafsu makan hilang total. 

Semoga anak-anak yang terpapar segera sembuh, dan yang sehat dilindungi Allah dari penyakit ini. Aamiin Allahuma Aamin..



You Might Also Like

0 komentar