Tentang Waktu

Semakin kesini, semakin paham bahwa waktu bisa merubah banyak hal. Yang awalnya kita suka, jadi bikin kita galau. Yang bikin kita ga nyam...



Semakin kesini, semakin paham bahwa waktu bisa merubah banyak hal. Yang awalnya kita suka, jadi bikin kita galau. Yang bikin kita ga nyaman, malah jadi suatu hal yang ga ingin kita tinggalkan. Ternyata benar kata ibuku "hati-hati dengan ucapan, karna kita ga tau apa yang akan terjadi di depan. Bisa jadi kita sekarang membenci seseorang, tapi mungkin di depan malah dia jodoh kita". Waktu emang misteri yang paling mengerikan.



Tahun yang baru di awali dengan melakukan perjalanan ke pulau jawa bareng keluarga suami untuk menikahkan adik iparku yang pertama. Akhirnya ngerasain lagi ke Jakarta dengan naik kapal. Terakhir kali nyebrang gini waktu bareng ibu dan adik-adik nganter aku mau lanjut S2. Memilih bawa kendaraan karena barang bawaanku banyak banget, dan ibu mau ngajak aku untuk singgah menemui calon suamiku yang saat itu masih pembidangan di PLTU suralaya, 7 tahun yang lalu. 

Kali ini kapal kami berlayar saat gelap, ga keliatan apapun di sekeliling. Air laut yang sedang pasang membuat goncangan terasa cukup kencang. Dalam kondisi sekitar yang gelap gulita, ombak yang garang, angin laut yang dingin menusuk kulit, kondisi kapal yang sepertinya sudah cukup tua, apapun bisa terjadi. Kalo saat itu juga Allah SWT meridhoi angin untuk membalikkan kapal ini, siapa yang akan selamat ? siapa pula yang bisa menolong ? tapi tidak. Allah SWT menjaga kami hingga kapal berlabuh di dermaga.

4 jam kami terombang ambing di atas laut, berputar-putar menunggu kapan bisa merapat dan bersandar. Percaya sepenuhnya pada nahkoda yang bahkan belum pernah kami temui sebelumnya dan ga aku tau wajahnya seperti apa. Tubuh seharusnya bersuka cita tapi hati dan pikiran sepenuhnya berada di Palembang. Aku sangat suka travelling, mau jalan darat, laut, udara semuanya ga jadi masalah. Tapi kali ini ada rasa yang berbeda, karna bayi kecilku yang terpaksa di tinggal sama omanya di Palembang. Pilihan yang super berat dan bikin galau. Mengingat perjalanan yang sangat panjang, ibu takut bayi kecil ibu ini kecapean dan sakit 😢 Setelah berdiskusi sama suami dan orang tua dengan opsi naik pesawat, pergi dan pulang duluan ga ikut rombongan, dan opsi ga ikut berangkat, jalan yang terbaik adalah Bayi ibu tinggal di palembang, kebetulan pula oma lagi rindu berat karna di tinggal cucu nya ke Bangka, jadi selama ibu dan ayah pergi, oma bisa puas main sama cucunya.

Dulu setiap punya kesempatan travelling, aku selalu bahagia dan ga mikirin hal apapun. Pokoknya berangkat aja, seneng-seneng. Tapi dalam waktu beberapa bulan aja semua rasa itu jadi berbeda, ninggalin anak dirumah rasanya sedih banget, rasanya pengen pulang aja, hati terasa hampa dan ga semangat. Jangankan keluar kota, ke kantor aja hati rasanya gremet-gremet pengen cepet pulang ketemu anak. Lucunya, beberapa kali temen instagramku menjudge aku macem-macem cuma karna tau aku sedang pergi kesuatu kota tanpa mengajak anak, HANYA-DARI-INSTASTORY. ya sah-sah aja sih, aku juga ga punya kewajiban untuk capek-capek menjelaskan sama mereka betapa pilunya ibu muda ini ninggalin anak 2 kali dan apa alasannya, dan mereka juga ga punya hak untuk tau urusanku, jadi ya diemin aja 😄

Diatas laut, langit pulau jawa terlihat begitu merah karna pantulan cahaya penerangan. Terlihat asap mengebul dari corong penghasil listrik di tepian laut. Tanda waktu berlabuh sudah dekat. 

PLTU Suralaya, selalu mengingatkan aku tentang berjuang dan kesetiaan.
ketika untuk berkomunikasi saja, sulit.
ketika dengan sabar aku menunggu kabarnya yang hanya bisa menghubungi di malam hari setelah kelas selesai.
ketika kami sama-sama membuktikan bahwa kami masing-masing layak untuk diperjuangkan. 

Alhamdulillah, lelaki yang selalu ada dalam doaku itu sekarang sudah disini menjadi suamiku. Ternyata pilihanku tidak salah, lelaki ini tetaplah lelaki idamanku walau sudah hampir 3 tahun resepsi pernikahan kami berlalu. Aku sering berfikir, sungguh beruntung manusia-manusia yang di takdirkan Allah SWT menjadi anaknya, pun bersyukur betapa beruntung aku menjadi istrinya. 

Bila diingat lagi ke beberapa tahun yang lalu, Mitha yang lagi nyebrang di atas laut saat ini adalah seorang anak muda yang sangat memikirkan penampilan, dengan skinny jeans dan ujung hijab yang di taruh santai ke belakang. Seorang anak muda yang memandang aneh pada ukhti-ukhti berhijab syari. Hingga pada akhirnya, saat ini, alhamdulillah si Mitha sudah bisa berhijab syari. Proses yang panjang dengan pembelajaran tanpa akhir. Yang awalnya syari cuma saat jalan-jalan, tapi masih suka ngecheat kalo ke kantor dan pake ke pesta (model kebaya jaman sekarang kan kece-kece banget), sekarang alhamdulillah bisa konsisten mau kemana aja tetap pake hijab syari. Suamiku luar biasa dalam mendukung dan membimbing. Tapi sejujurnya masih merasa ga layak, masih banyak banget yang perlu direvisi. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa, memaafkan segala khilaf, dan kedepannya bisa lebih baik. 

Beberapa tahun yang lalu apa-apa masih minta orang tua, mau beli bedak aja minta sama bapak 😥 sekarang alhamdulillah ga ngerepotin orang tua lagi. Udah kerja di bidang yang aku bersyukur banget bisa terjun ke dalamnya. Bidang yang dulunya ketika ditawarin banyak orang malah membuatku menolak mati-matian. Beneran deh, mau sekenceng apapun ketidaksukaan, ga akan ada yang bisa menolak ketentuan Tuhan. 

Semoga kedepannya bisa jadi pribadi yang lebih baik, yang ga kenal dengan rasa penyesalan karna main-main dengan waktu, semoga bisa jadi ibu dengan versi terbaik untuk anakku, istri terbaik untuk suamiku, anak terbaik untuk ibu dan bapak, menantu terbaik untuk mama papa, cucu terbaik untuk eyang kakung, keponakan terbaik untuk om dan tante, pokoknya versi terbaik dari diriku untuk orang lain sampai batas aku bisa menikmati waktu. Semangat !

You Might Also Like

0 komentar