Jalan-jalan ke semarang #2

Lanjut dari cerita sebelumnya , setelah sholat di Masjid Agung Jawa Tengah kami melanjutkan perjalanan ke Sampookong dengan rekomendasi ...


Lanjut dari cerita sebelumnya, setelah sholat di Masjid Agung Jawa Tengah kami melanjutkan perjalanan ke Sampookong dengan rekomendasi Abang gocar. Alasannya karna sampookong masih buka di sore hari dan kayanya kami sudah terlalu letih untuk jalan menanjak di kampung pelangi. Kami pikir benar juga, jadi diputuskan singgah di kampung pelangi besok pagi nya aja


Harga tiket masuk reguler sampookong untuk dewasa lokal sekitar Rp.8.000,- per orang sedangkan tiket terusan seharga Rp.28.000,- per orang. Emang selisih harganya lumayan jauh, sih. Tiket terusan itu kelebihannya adalah kamu bisa masuk ke dalam area kelenteng dan juga goa tempat beribadah. Karna penasaran, aku dan suami membeli tiket terusan untuk berdua yang ternyata buatku kalo untuk wisatawan ga begitu cocok kecuali kalo kamu datang untuk beribadah. Diareal depanpun sudah cukup banget. Aku dan suami pun hanya melihat-melihat dari sisi luar goa, selain takut karna gelap tapi juga ga enak kalo kehadiran kami mengganggu saudara-saudara yang sedang beribadah didalam sana.




Kelenteng Sampookong ini sendiri dibangun sebagai tempat persinggahan pertama dari seorang seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Namanya cukup familiar ditelingaku karna di Palembang juga ada masjid Laksamana Cheng Ho.

  
Sore itu Sampookong sedang ramai-ramainya, aku dan suami sibuk sendiri memotret dengan device kami masing-masing. Gitu lah kalo menikah dengan orang yang punya hobi sama denganmu 😉


Setelah puas berkeliling sampookong, ga terasa hari sudah hampir magrib. Aku dan suami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk mandi dan beristirahat sebelum mengunjungi tempat wisata selanjutnya.

Ke Semarang tapi ga mampir ke Lawang Sewu sama aja boong. Jadi biar greget, malem itu kami mampir ke lawang sewu. Kebetulan lagi ada event salah satu merk kosmetik lokal di halaman sampingnya,rame banget sampe ada gala dinner bareng artis dan fashion show segala. Aku seneng karna mengira suasana lawang sewu ga bakalan seserem biasanya dan ternyata........salah besar. 




Bagian dalam dan luar lawang sewu itu kaya 2 tempat yang berbeda. Diluar boleh rame dan berisik, tapi didalem tetep aja serem dan mencekam. Si suami iseng sempet-sempetnya ngajak turun ke ruang bawah tanah yang pernah jadi lokasi uji nyali (kalo pernah nonton dunia lain pasti tau) dan bagian loteng yang diintip dari bawah aja auranya udah ga nyantai. Aku emang ga bisa melihat langsung sih, tapi mayan sensitif sama hal beginian. Sumpah ya, waktu melihat ruang bawah tanahnya yang gelap gulita dan ga berpintu itu aja rasanya kaya liat neraka loh, super ga nyaman dan pengen buru-buru menjauh. Syukur Alhamdulillah ternyata ruang bawah tanah dan loteng atas sudah ditutup untuk umum oleh pemerintah kota Semarang. Sungkem bapak-bapak semuanya ! 


Yang menarik dari pengalaman di lawang sewu adalah, ketika aku penasaran banget mau ngefoto salah satu instalasi listrik jadul yang udah ga kepake lagi, ntah kenapa aku penasaran banget pengen foto instalasi listrik itu, padahal ga ada yang menarik, di kamera juga tampilannya ngeblur mulu. Penasaran tapi rasanya kaya ada sesuatu yang menolak gitu. Tiba-tiba waktu aku lagi sibuk foto ga jelas gitu, di telinga kiri ku ada yang teriak kenceng banget 😰 Dan ga ada wujudnya..asem !

Setelah berasa cukup main di lawang sewu, kami nyebrang ke tugu muda. Sekitar 15 menit kami melihat suasana kota semarang dari sini, melihat sisi lain kehidupan kota semarang yang semarak. 


Waktu udah menunjukkan pukul 8 malam, Waktunya mampir ke Kota Lama Semarang. Disini kita bisa melihat suasana Kota Semarang Tempo Doloe. Ada beberapa destinasi wisata andalan kota semarang yang berada di kota lama. Salah satunya adalah Spiegel Bar & Bistro. Kafe ini punya rating tertinggi di trip advisor, bikin penasaran banget.

 
Dari bangunannya tertulis bahwa gedung ini dibangun pada tahun 1895. Dulunya gedung ini milik perusahaan Perusahaan Winkel Maatschappij "H Spiegel" yang menjual berbagai macam keperluan rumah tangga. Setelah bertahun-tahun tidak terawat, pada tahun 2015 gedung direnovasi menjadi Cafe dengan nama yang sama "Spiegel Bar & Bistro".


Spiegel berorientasi pada menu makanan eropa, tamu-tamu nya pun di dominasi oleh turis asing. Bahkan pertama kali masuk ke dalam kafe ini kita akan di suguhkan dengan suasana eropa yang sangat kental. Karna merasa belum lapar, kami putuskan hanya memesan minuman saja. Sayangnya, apa yang di dapatkan tidak sesuai ekspektasi. Mungkin karna front linernya terlalu sedikit, untuk bisa memesan minuman pun kami mesti nunggu 30 menit. Karna pencahayaan kafe ini memang di set remang-remang, sekitar 1,5 jam berada disana bikin aku sukses dikerubungin nyamuk. huft. Mungkin karna udah keburu dongkol, membuat minuman yang dipesan terasa biasa aja.

Disiang hari sebelumnya, salah satu mas gocar bilang ""mas, mba..nanti malem jangan lupa main ke Kota Lama, ya.. disana ada Gereja blenduk, ikon kota Semarang tempo dulu. Bener ya mas, ajakin mbanya kesana, nyesel lo kalo ga ke kota lama", jadi mumpung dikota lama kami penasaran yang mana sih gereja blenduk itu ? ternyata lokasinya di samping spiegel dan hanya di pisahkan oleh Pasar Klitikan yang saat itu sedang meriah dengan pagelaran seni pertunjukkan wayang. Oya, kalo kamu adalah kolektor barang antik, kamu wajib mampir di pasar klitikan kota lama semarang ini, karna disini emang gudangnya barang antik mulai dari koin kuno sampe motor jadul. 



Pukul 10 malam, waktunya kembali ke hotel untuk packing dan istirahat 😊

Day 3 - Hari terakhir di semarang. 
Selamat pagi semarang ! hari ini adalah hari terakhir kami berada di semarang, dari sini kami akan lanjut ke Jogja untuk melanjutkan liburan dan janjian sama mas penyewaan mobil. Besok rencananya akan lanjut ke Solo. Gile, padet amat kaya lemak perut ! 

Seperti rencana kemarin, sebelum berangkat kami mampir dulu di Kampung Pelangi. Lokasi kampung pelangi ini cukup dekat dari tugu muda, dan kamu harus nyiapin stamina yang cukup karna untuk bisa sampe di puncak pelangi, kamu mesti jalan menanjak.

Setelah mandi dan sarapan, dengan di antar tante gocar, kami sampailah di kampung pelangi. Di areal depan kampung pelangi ini ada pasar yang khusus menjual bunga-bunga segar,  udah teriak "aduhhh cantik yaa bunganya", lah si suami ngeloyor aja sambil bilang "kalo kamu mintanya yang lebih bermanfaat pasti aku beliin yank 😊".


Kampung pelangi ini dulu nya daerah kumuh di bantaran sungai di daerah wonosari, karena terinspirasi dengan kampung pelangi yang ada di Malang, maka di sulaplah kawasan ini jadi destinasi wisata baru di kota semarang. Dan hasilnya memang mengagumkan, rapih dan cerah banget. 

Warga kampung pelangi yang beraktifitas biasa di pagi hari menyambut kami dengan sangat ramah. Konon katanya untuk masuk ke areal kampung pelangi ini kita mesti bayar tiket sebesar 3000 rupiah, tapi mungkin kita asal nyelonong aja dari jembatan di belakang pasar bunga, jadi ga ketemu deh tuh sama loket tiketnya 😑 maafkeun yaaa mba dan mas. 


Kami di arahkan ke puncak kampung pelangi oleh ibu-ibu yang kami temui di perjalanan, masya Allah mayan ughaaa capeknya. Tapi masa iya bisa kalah sama opa-opa bule yang semangat banget menuju puncak pelangi. 


Di puncak pelangi disediakan box tempat kita bisa menyumbang seikhlasnya. Karna lokasi puncak pelangi ini cukup sempit karena berada di rumah warga tepatnya di loteng tempat jemuran, jadi kita mesti gantian sama pengunjung yang lain. 

Ga berasa waktu udah nunjukin jam 9 pagi, kami segera kembali ke hotel untuk check out dan menuju travel yang akan kami gunakan ke Jogja. Aku dan suami tiba di lokasi travel jam 10 pagi, masih kecepetan 1 jam sebelum travel kami berangkat. Jadi Kami putuskan untuk jalan-jalan sebentar di Paragon city mall semarang, dan makan ramen di Marugame udon Semarang. 



Perjalanan ke semarang ditutup dengan bahagia. Terima kasih Semarang, sampai jumpa lagi 😊

Baca juga :
Jalan-jalan ke semarang #1
Jalan-jalan ke semarang #2
Hotel di Semarang


You Might Also Like

0 komentar