Weekly Diary #3 : bahagia yang sederhana

Judul yang pas sebenarnya adalah Kompilasi, karena aku mau cerita macem-macem sejak dari awal tahun sampe hari ini. Dalam beberapa mingg...


Judul yang pas sebenarnya adalah Kompilasi, karena aku mau cerita macem-macem sejak dari awal tahun sampe hari ini. Dalam beberapa minggu ini udah berniat buat ngeblog tapi berakhir cuma sebatas niat. Padahal banyak yang pengen di tulis. Jadi mumpung lagi ada niat (yang sebenarnya hasil dari ngabur sebentar dari deadline kerjaan),  aku coba tulis sekali banyak aja yah, hewhew =3

Sama seperti tahun lalu, malam tahun baru di tahun ini pun kami lewati dengan tidur. Ga ada minat sama sekali untuk ikut perayaan. Bahkan ketika suami pulang dari sholat isya di masjid dan bilang kalo di luar kembang api bagus banget, aku cuma bilang "mmm..kay !". Ihh kok ga semangat amaaaat..

Sebenarnya, aku bahkan ga merasa bahagia sama sekali dengan tahun baru ini. Yang ada malah sedih dan nangis. Apa aja yang aku lakuin di 1 tahun kemarin ? berapa banyak waktuku yang terbuang sia-sia ? berapa banyak kesia-siaan yang aku lakukan sedangkan entah sampai kapan umur ini bisa kuhitung. Astaghfirullah.

"Perayaan" ala-ala tahun baru kami lakukan ketika di ajak tetangga piknik di pantai pada tanggal 3 Januari kemarin. Acaranya sih cuma diikuti 3 keluarga kecil dengan rencana bakar-bakaran seafood di pantai yang direkomendasikan tetanggaku yang udah lebih lama merantau ke pulau bangka. Kami para istri berbagi tugas membawa bahan makanan apa aja yang akan kami bawa ke pantai, sedangkan para suami bertugas untuk "eksekusi" barang-barang yang sudah kami siapkan, jadi pas di pantai kami tinggal santai aja dan tinggal urusan para suami hihihi. Alhamdulillah, walau ribet tapi ternyata asik juga. Menjaga silaturahim dengan tetangga emang perlu, karena tetangga adalah keluarga terdekat ketika kita jauh dari rumah.


Beberapa hari ini pulau bangka selalu diguyur hujan deras setiap harinya. Beberapa tempat sudah ada yang tergenang tapi Alhamdulillah air surut tanpa nunggu begitu lama. Karena hujan yang terus menerus ini, membuat aku dan suami memutuskan untuk menghabiskan hari libur di rumah saja. Ga kemana-mana seperti biasanya. Quality time kami lakukan dengan masak berdua, makan sambil ngobrol, nonton acara favorite, atau sekedar melakukan hobi masing-masing, sibuk sendiri tapi tetap merasa nyaman karna sejauh mata memandang kami masih bersama. Menghabiskan waktu sama pasangan halal emang sesimple itu, ga perlu muluk-muluk atau mesti keluar rumah. Hayooo yang belum halal pasti ga bakalan ngerti deh rasanya ;) buruan halal gih..hehehe..

Punya suami seperti dia adalah sumber kebahagiaan buatku. Sifatnya yang selalu berpositif thinking bikin aku menjadi manusia yang lebih positif juga. Aku beruntung sekali karena sahabatku adalah suamiku. Aku jadi bisa cerita tentang apa aja tanpa filter dan tanpa takut akan apapun.

Jadi inget bulan November lalu, ketika aku menyambutnya di depan pintu sepulang kerja, reaksinya langsung garuk-garuk kepala. Ternyata dia bingung karena kue tart yang dia beli untuk ulang tahunku masih berada di teras, takut ketahuan hihi. Beberapa tahun yang lalu, ketika kami masih LDR-an, dia selalu berusaha menyempatkan untuk menemuiku saat aku ulang tahun, entah di Jakarta atau di Palembang. Hingga pada akhirnya tahun 2015 kemarin adalah ulang tahun ku yang paling berat yang harus kami lalui, Alhamdulillah kami kuat karena kami bersama. Terima kasih ya Allah.

Sahabat terbaik adalah dia yang selalu mendahulukan sahabatnya..

Ketika aku membaca tulisan itu di media sosial beberapa hari yang lalu, aku langsung teringat muka suamiku dan tersenyum. Karena suamiku adalah  sahabatku dari zaman kuliah dulu, sudah pasti aku akan mendahulukan kepentingannya. Dia adalah prioritas utamaku. Bedanya kalo sama sahabat ya cuma sebatas sahabat, kalo sahabatnya itu adalah suami sendiri, ya dapet bonus pahala. Tau kan ? apapun kebaikan yang kita lakukan dalam rumah tangga untuk mendapatkan ridho ALLAH dan ridho suami akan berbonus pahala ? Alhamdulillah..menang banyak :))

Semua orang bisa berhijrah, tapi ga semua bisa istiqomah..

Kalimat itu serasa menamparku. Benar, Perjuangan untuk hijrah ga cuma sampai ketika memutuskan untuk berhijrah pertama kalinya, tapi baru dimulai setelahnya. Karena iman itu naik turun kaya siklus sin-cos. Ada kalanya dia tinggi dan memuncak, tapi ada kalanya juga dia terjun bebas. Tugas kita adalah gimana cara kita untuk menjaganya untuk terus stabil dan merasa kurang ibadah dari hari ke hari.

Alhamdulillah aku di kelilingi orang-orang baik yang berusaha memperbaiki diri. Itu saja sudah bisa jadi sumber bahagia. Salah satu sahabat baikku memposting di instagramnya gambar sebuah buku yang sangat menarik beberapa hari yang lalu. Buku yang membuat mendiang ayahnya berhijrah. Aku yang sangat tertarik dengan buku itu dalam hitungan menit langsung order online, dan Alhamdulillah ga sampe 24 jam buku itu udah mendarat dengan selamat.


Aku belum sampe habis sih membaca buku ini, tapi sampai halaman terakhir yang kubaca, buku ini emang bagus dan "ngeri". Recommended buat yang imannya masih naik turun sepertiku.

Target tahun ini harus makin banyak membaca buku, makin mendekatkan diri, dan lebih menundukkan pandangan. Bismillah menjadi manusia yang lebih baik.

Semangat !

You Might Also Like

0 komentar