merubah sudut pandang

Can, si Anu sudah hamil caaaaan.. aku kapan cannn ? Pertanyaan yang sama berulang-ulang aku ucapkan pada Lusi dan Harrini, Sahabatku, ...



Can, si Anu sudah hamil caaaaan.. aku kapan cannn ?

Pertanyaan yang sama berulang-ulang aku ucapkan pada Lusi dan Harrini, Sahabatku, padahal mereka sendiripun manalah tau jawabannya. Lebih-lebih, pertanyaan serupa plus ditambah bumbu air mata dan emosi yang meluap-luap hampir setiap hari aku ucapkan pada suamiku. Padahal dia sedang lelah dan letih sepulang kerja. Untungnya punya suami yang selalu tenang, sabar dan sayang istri. Dia pun menjawabku dengan jawaban yang sama seperti hari sebelumnya sambil mengusap kepalaku. Walaupun sudah sering sekali ku dengar jawaban yang sama, tetap saja kalimat itu tetap dapat menenangkanku.

Sebelumnya. Aku  mau berterima kasih buat temen-temen yang sampai hari ini masih setia ada disini, buat semuanya tanpa terkecuali, walaupun aku  ga tau siapa aja dan walaupun ga banyak, alhamdulillah blog ini punya lebih dari 350an pembaca setiap harinya. Lumayanlah untuk blog yang isinya ga jelas, hehehe. Dari blog ini aku  juga dapet temen-temen yang mensupport dan menguatkan dari sekedar email-emailan, dan ada juga yang berlanjut ke line dan bbm. Terima kasih ya semuanya..

Diantara teman-teman ada yang bertanya,  promil apa saja yang aku lakukan pasca operasi ektopik kemarin ? jawabannya banyak sekali. Memang belum aku post disini karena rasanya belum waktunya. Nanti ada saatnya akan aku post semua nya.

Ga terasa, berlalu sudah satu tahun sejak operasi besar yang aku alami. Satu tahun ini lumayan berat buatku. Tahun lalu, tanggal 17 november 2015 pukul 8 malam, aku di operasi besar darurat. Tepat di hari dan jam kelahiranku. 17 november tahun ini, aku berharap Allah SWT berkenan meminjamkan lagi janin baru yang sehat yang bisa aku dan suami besarkan hingga ia tumbuh dewasa. Tapi ternyata lagi-lagi Allah SWT belum memperkenankan hehehe :))

27 tahun sudah Allah SWT meminjamkan oksigen tanpa putus untukku hirup..

Banyak sekali pembelajaran yang aku dapatkan dalam hidup. Setiap suami pulang kerja, sebelum dia bergegas mandi dan ke masjid untuk sholat magrib, pasti selalu ada deep conversation yang kami lakukan sembari berbaring di ranjang sambil saling merangkul. Tentang apapun. Baik tentang mereview kegiatan apa saja yang kami lakukan berdua hari itu, atau diskusi panjang mendalam tentang hidup yang kami jalani. Hingga akhirnya pada suatu titik, dia berbicara padaku seperti ini,

"Sayang..apapun di dunia in bisa jadi cobaan buat kita..anak, harta, sakit, sehat, semuanya..kita fokuskan memperbaiki diri yuk, merubah sudut pandang kita tentang hidup. FOKUS BERSYUKUR UNTUK NIKMAT YANG SUDAH ALLAH SWT KASIH BUAT KITA, BUKAN SEDIH DAN KECEWA KARENA APA YANG BELUM KITA DAPET" 

fokus bersyukur untuk apa yang sudah tuhan beri, bukan sibuk kecewa untuk yang belum tuhan kasih..

berulang-ulang ucapannya berputar-putar dikepalaku, Hatiku rasanya penuh sesak seolah ucapannya menyindirku. Benar.  Apapun hal di dunia ini bisa jadi cobaan ketika kita salah menyikapinya. Padahal kita bisa memilih langkah mana yang mau kita tempuh. Contohnya saja, Kalo kita melihat ada pengemis yang masih sehat meminta-minta dengan sakit yang dibuat-buat, hati kadang terasa dongkol karena dia kok masih sehat bukannya cari kerja, kalo ga di tahan-tahan, bisa-bisa kita bentak dan usir dia. Walaupun Allah SWT melarang kita untuk meminta-minta tapi kita tetep tidak boleh menghardik mereka. Hal itu jelas tertulis di surat Ad-Dhuha.

iya, aku sadar bahwa aku sempat terlalu sedih dan kecewa ketika Allah SWT tetap mengambil kembali janin yang tumbuh sempurna dan satu saluran tubaku setelah rangkaian usaha panjang yang kulakukan untuk menjaga "dia" . Padahal seharusnya aku bersyukur masih diberi kesempatan hidup setelah diperlihatkan betapa tipisnya jarak antara kehidupan dan kematian, aku punya suami yang begitu luar biasa, mertua yang penuh kasih sayang, aku masih di kasih Allah oksigen tanpa batas yang bisa kuhirup cuma-cuma. Karna kalo Allah SWT ga sayang, ditarik aja sedikit nikmat oksigenku. 1 menit saja, kelar semuanya.

Aku punya suami yang begitu menyayangiku, yang selalu berusaha membuatku bahagia, yang menerimaku apa adanya. Suami yang bahkan dengan suka rela membereskan pakaianku, yang memijitku hingga jam 1 malam ketika magrib lalu aku mengeluh sakit karena datang bulan, suami yang berkata pada temannya "diatas apapun, setelah operasi yang dia jalanin kemarin, aku bersyukur bahwa istriku masih disini menemaniku, aku ga mau berpikiran apapun kecuali berterima kasih karna Allah SWT masih mengizinkan aku menjaganya". Disisi lain yang tanpaku sadari, aku jauh lebih beruntung dari orang lain.

Sedangkan aku terlalu larut menikmati kekecewaan dan kesedihan yang bahkan hari ini entah kenapa bisa sebegitu dalamnya aku rasakan. Kekecewaan yang aku rasakan dulu menimbulkan pemikiran super bodoh. Aku sholat 5 waktu dan melakukan ibadah yang menurutku lebih dari orang lain, aku menjauhi riba yang dibenci Tuhan dan Rasul, aku berdzikir minta pertolongan dan aku selalu mencoba memperbaiki diri dengan berhijab syari. Tapi kenapa aku dibiarkan patah hati yang begitu dalam seperti ini ? Kenapa tuhan tidak memperkenankan doaku ? kenapa Tuhan memberikan anak pada kenalanku yang aku tau dia tidak lebih baik, dia merokok, minum, berpakaian setengah terbuka,  anak-anaknya dibiar-biarkan begitu saja. Kenapa Tuhan lebih percaya pada dia sedang aku bahkan sudah mencari-cari metode terbaik bagaimana cara  menstimulasi agar anak-anakku kelak jatuh cinta sangat dalam pada Rasulullah SAW, sebaik-baiknya idola ? Kenapa Tuhan ?

Hingga pada suatu titik kusadari..

Ibadahku adalah kewajibanku. Aku tak pantas meminta reward untuk kewajiban yang memang selayaknya aku lakukan, tapi aku pantas mendapat hukuman bila tidak ku kerjakan. Cara terbaik mendapat bonus adalah dengan bekerja lebih lagi dari kewajiban. Ibarat di urusan kantor, kau dibayar untuk bekerja 8 jam sehari, untuk mendapat bonus.. kau harus lembur diluar jam kerjamu.

Ini adalah sekedar analogiku saja, agar aku tak besar kepala. Tapi percayalah Allah maha pengasih dan maha penyayang, Ia bahkan memberimu sesuatu bahkan sebelum kau sempat memintanya.

Karna mencari keberkahan itu sulit dan hadiahnya surga, kalo mudah mah hadiahnya payung cantik :)) begitulah kiranya kehidupan kita. Aku percaya bahwa doa yang selalu kupanjatkan dan hal yang baik yang aku lakukan akan berbuah keberkahan. Baik untukku, untuk suamiku, keluarga besar kami, dan anak-anak yang akan hadir sebagai berkah dan penyejuk hati.

Seorang sahabat pernah berkata, "tau kenapa Pahala seorang ibu yang melahirkan itu ganjarannya surga ? Karena ada rasa sakit sebagai penggugur dosa, ada keberkahan dan karunia maha dahsyat di dalamnya. Tapi pahala itu tidak akan hadir pada mereka yang melahirkan dari hasil zina. Itulah kenapa anak SMP pun bahkan bisa melahirkan seorang diri di toilet sekolah. Karna ia tidak dapat pahala seorang ibu tadi. Dan mba mitha, walaupun anaknya ga sempat dilahirkan, tapi setidaknya sudah pernah merasakan bertaruh nyawa karna mempertahankan buah cinta. Insya Allah pahala seorang ibu juga didapatkan walau jalannya berbeda".

Aku tau pahala urusan Allah SWT, sejujurnya aku bahkan ingin sekali Allah membuat aku pikun untuk semua kebaikan yang pernah aku lakukan, agar aku tidak riba dan tidak bangkil. Cukuplah Ia sebaik-baik penghitung yang maha adil.

Aku dan suami semakin semangat ketika teman sekantor kakakku memiliki kondisi rusak di kedua tuba nya. Vonis beberapa dokter mengatakan, tidak akan ada kesempatan hamil lagi. Tapi nyatanya, Allah SWT memberikannya 2 anak yang sehat secara alami. Si dokter akhirnya berkata "apa yang ibu dan bapak lakukan ? Tolong ajari dan beritahu saya".

Aku ga mau lagi sibuk bersedih memikirkan bagaimana nanti bisa hamil dan proses kedepannya, aku lebih memfokuskan untuk memperbaiki diri diiringi usaha dan doa. Emosi konon katanya akan sangat berpengaruh pada kondisi tubuh, bila emosi kita baik makan tubuh akan memberikan respon positif, bila emosinya negatif, maka tubuh akan memberikan respon negatif.

Menstimulasi pikiran dengan hal positif bahwa aku bisa hamil, aku sehat dan aku bahagia, maka semesta akan membuka jalan untuk mewujudkannya. Pernah baca di forum kehamilan luar negeri, ada pasangan yang sudah berusaha untuk program hamil ke dokter selama bertahun-tahun tapi tidak berhasil juga. Tapi setelah mereka berusaha untuk melepaskan stress dan berusaha selalu bahagia, tanpa di duga si istri hamil alami. Apalagi aku yang selalu punya Allah SWT didekatku :)

Inti dari tulisan panjang ini sebenarnya sangat singkat, dalam hidup kau punya 2 pilihan, memandang sesuatu dengan positif atau negatif, bersemangat atau tidak bersemangat, optimis atau pesimis. Semuanya akan memberikan respon dan hasil sesuai dengan pilihan yang kau ambil :)

Tetap semangat yaaa teman-teman.

You Might Also Like

2 komentar

  1. aku berkaca-kaca baca ini :')

    aku sering banget dapet pertanyaan dari orang : "Sudah isi ?"
    pertanyaan singkat, tapi dengernya sakit ya mba.

    Aku juga sering mikir gitu mba.
    Enak banget si A, udah hamil anak kedua, aku kapan.
    Kurang bersyukur banget ya, mba.

    Padahal sudah dikasih nikmat berlimpah sama Allah.
    Tapi malah fokus ke yang belom dikasih.

    Astaghfirullah..

    Sekalian curhat dikit ya mba hehe, note ke diri sendiri ini, walaupun terkadang pikiran ngga bs dikendalikan, tapi kita HARUS berpikir positif. Aku sehat.

    Kata Mamaku, kalo ada pikiran negatif muncul langsung istighfar banyak-banyak. Minta perlindungan Allah. Itu bisikan setan.

    Sama-sama kita semangat ya, Mba.
    Kita kan punya Allah.
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaaaaa mba Tikaa ..
      Makasih banyak yaa, aku jadi berasa ada temennya. Karna ga semua orang ngerti gmn hidup seseorang after ectopic surgery :')
      Semangat mba.. Allah ga akan mungkin ninggalin kita..

      Delete