The Engagement of Mitha & Randi : Tradisi Buntal Kadut (Ogan Komering Ulu)

Assalamualaikum, Saya mau cerita tentang adat yang saya dan calon suami pakai saat lamaran kemarin.


Assalamualaikum,
Saya mau cerita tentang adat yang saya dan calon suami pakai saat lamaran kemarin.



Oya, sebelumnya makasih banyak untuk temen-temen pembaca blog yang kirim email ke saya sekedar buat ngasih ucapan selamat atas lamaran disertai doa semoga persiapan pernikahan kami berjalan lancar. Duh, saya jadi terharu pisaaan..Alhamdulillah blog ini bisa bikin kita yang ga kenal jadi berteman :')

lanjut kepokok bahasan,
Saya dan calon suami sama-sama berdarah Ogan komering ulu - Sumatera Selatan, Tapi beda daerah (bahasanya juga beda jauh). Calon suami dari Komering, sedangkan saya berdarah Baturaja. Bedanya apa dari kedua daerah itu ? kalo kata nenek sih, Baturaja dialiri sungai Ogan, sedangkan Komering di aliri sungai komering.

Bahasa yang berbeda, otomatis tradisi juga berbeda. Didaerahnya calon suami, tradisi melamar itu disebut dengan Nyawak sedangkan dari daerahku di Baturaja namanya Nunang. 

Untuk lamaran ini, kami sepakat ikut adat nenekku dari sebelah ibu yaitu Baturaja.

Kalo dalam adat, prosesi menjelang pernikahan itu panjaaaaang..beberapa kali si calon manten lanang berkunjung kerumah manten betino untuk Perkenalan keluarga, Mutus kato, lamaran, ngantar duit asep, dan Akad nikah-resepsi. Bayangkan berapa kali calon suamiku harus bulak balik pulang cuma untuk sekedar prosesi adat, belum lagi pulang untuk ngurus persiapan pernikahan. Apalagi keluarga kami juga tergolong cukup sibuk, Ibuku ga selalu ada di Palembang dan berangkatnya suka mendadak. Untuk memudahkannya, nenek memutuskan untuk menggunakan Buntal kadut ini agar tidak menyulitkan si calon manten lanang ini untuk pulang terus menerus.

Buntal Kadut
Prosesi ini jarang digunakan, Jaman dulunya dipake dalam prosesi lamaran pernikahan bila keadaan tidak memungkinkan sang calon pengantin lelaki untuk dapat selalu hadir mengikuti prosesi adat, misalnya si cowok lagi sekolah ke Belanda (orang jaman dulu kalo sekolah diluar negri kalo ga di Jepang ya di Belanda), atau ketika si calon manten lanang ini lagi ikut pertempuran di medan perang, kan ga mungkin pulang bulak balik, bisa-bisa di bedil sama om-om londo. Nah, dengan prosesi buntal kadut ini, Calon mempelai laki-laki hanya 1 kali datang bersama keluarga besar kerumah calon mempelai wanita untuk  merangkap semua prosesi jadi 1 kecuali akad nikah (walau sebenernya keluarga besar calon suamiku udah berapa kali berkunjung).

Dalam adat daerah kami, ada beberapa syarat yang harus dibawa calon mempelai pria ketika melamar sebagai niat baik keluarga besarnya untuk keluarga besar calon istrinya. gegawak'an yang wajib di bawa ini punya filosofi tersendiri, bukan bermaksud percaya takhayul, tapi sebagai doa untuk calon pengantin berdua untuk jadi keluarga yang harmonis dan ga kekurangan suatu apapun nantinya.

1. Songket Palembang (Salah satu kepala adat mendampingi tepak sirih)
Menunjukkan bahwa kedua calon mempelai adalah putra putri Sriwijaya, melambangkan para putra dan putri ini siap melestarikan budaya dan adat leluhur. *gending sriwijaya activated mode*. Selain itu, pernah denger dari beberapa sumber bahwa pemberian songket ini melambangkan bahwa sang calon suami akan siap untuk memakaikan calon istrinya pakaian yang indah setelah menikah. 

2. Kelapa Bertunas
Filosofinya bahwa keluarga yang dibentuk ini akan menghasilkan generasi baru yang produktif (ga pemalas mungkin, ya ?). intinya seperti itu kalo kata nenek saya, menghasilkan bibit yang bagus yang akan jadi cikal bakal tumbuhnya generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa (kaya pramuka kan ya hihi)

3. Seikat Padi yang sudah menguning
Melambangkan makanan pokok. Filosofinya adalah bahwa keluarga yang akan dibangun tidak akan kekurangan makan, makmur sejahtera.  (btw, yang ini mirip lambang asean, hahahha). FYI padi ku yang di bawa oleh keluarga calon suami, dibawa langsung dari kampung halaman Ayahnya di komering sono.

4. Setandan Pisang Putri yang telah matang
Melambangkan pengenyang selain makanan pokok, bahwa tidak hanya makanan pokok tapi juga keluarga yang akan dibangun akan selalu diberkahi rezeki yang berlimpah sehingga tidak akan kelaparan dan kekurangan. Konon Pisang ini juga melambangkan keperkasaan dan keteguhan yang diharapkan nantinya akan menadi fondasi keluarga masa depan ini.

5. Kelapa setandan
Setandan pisan lohh..melambangkan sebagai gurih-gurihnya makanan biar makanan jadi lebih nikmat. Filosofinya agar keluarga yang akan dibangun selalu menyenangkan, saling membutuhkan dan saling menyayangi.

6. Tebu 
Melambangkan pemanis. Filosofinya agar keluarga ini selalu harmonis dan manis.

7. Dodol dan Wajik
Makanan wajib yang harus ada sebagai lambang bahwa anak perempuan di keluarga sudah di lamar orang, semacam announcement lah..dodol dan wajik ini dibagikan pada keluarga dan handaitaulan terdekat, ya sebagai pemberitahuan seperti yang saya sebutkan tadi.

yang saya inget baru ini, nanti saya update lagi bila memang ada yang kelupaan.

------------------------------------------------------------------------

keluargaku (sebenernya sih nenekku, yang lain pada nurut aja, hihihi.) ga minta dibawain seserahan yang mewah ataupun mahal. Yang diwajibkan cuma ini aja, yang lainnya sebagai pengiring aja. Memang kalo mau dipikirin secara harfiah, ngapain sih menuh-menuhin rumah aja dengan barang beginian, tapi jangan salah..kalo bukan kita yang melestarikan adat , siapa lagi ?

Alhamdulillah, dapet calon suami dan keluarganya yang pengertian, mereka dengan senang hati melaksanakan adat, kalo kata mama camer ketika aku mohon maaf nila merepotkan, sih "ini kan buat adat yuk, mama seneng kok ngerjainnya dan ga merasa diberatkan sama sekali". Alhamdulillah.

You Might Also Like

0 komentar